Progressivisme
berasal dari kata progresip yang diserap
dari kosakata Bahasa Inggris progressive yang mendapat akhiran isme.
Progress dalam bahasa Inggris bermakna kemajuan atau maju, sedangkan progressive
artinya orang yang progresip. Dalam bahasa sepakbola, progresip artinya
bergerak cepat. Sehingga progressivisme adalah faham tentang bergerak cepat,
entah itu berkenaan dengan pemikiran, tindakan, antisipasi atau yang lainnya.
Sedangkan
Menurut Zuhairini, Progressivisme dapat diartikan sebagai pandangan hidup yang
bersifat fleksibel, toleran, curious, dan open-minded.
Fleksibel artinya tidak kaku, lentur, dan tidak rumit. Curious artinya
ingin tahu, aneh, dan heran. Sedangkan open-mind artinya berpandangan
terbuka, tanpa prasangka. Jadi progressivisme adalah suatu faham yang ia bebas,
terbuka, tidak tertutup, tidak terikat dengan apapun. Sehingga progressivisme
sebagai aliran dalam filsafat pendidikan adalah sebagai aliran yang
pemikirannya bebas, tidak terikat oleh dogma apapun, terbuka, tidak tertutup.
Dari pengertian
secara bahasa dapatlah dimengerti secara jelas mengenai karakteristik aliran
progressivisme. Dalam buku yang sama, Zuhairini berpan-dangan tentang sifat
aliran progressivisme dan membaginya menjadi sifat negative dan sifat positif.
Sifat itu
dikatakan negatif dalam arti bahwa, progressivisme menolak
otoritarisme dan absolutisme dalam segala bentuk, seperti misalnya terdapat
dalam agama, politik, etika, dan epistimologi. Positif dalam arti,
bahwa progressivisme menaruh kepercayaan tehadap kekuatan alamiah dari manusia,
kekuatan-kekuatan yang diwarisi manusia dari sejak lahir (man’s natural powers).
Terutama yang dimaksud adalah kekuatan-kekuatan manusia untuk terus–menerus
melawan dan mengatasi kekuatan-kekuatan, takhayul-takhayul, dan kegawatan-kegawatan
yang timbul dari lingkungan hidup yang selamanya mengancam.
Progressivisme
muncul pada abad ke-18 sejak peristiwa revolusi gereja oleh para filosof Barat
yang kecewa dengan otoritas pihak negara yang menjadikan agama Kristen sebagai
dasar negara. Banyak kalangan ilmuwan yang dijatuhi hukuman mati karena
teori yang dirumuskannya tentang ilmu pengetahuan bertentangan dengan dogma
gereja. Sehingga kalangan filosof ,Kaum Borjuis, dan warga gereja melakukan
gerakan menentang Pihak Gereja yang kemudian dikenal
dengan revolusi
Gereja. Revolusi pun pecah, dan kesepakatan dicapai antara pihak gereja dengan
kelompok tersebut dengan menjadikan agama hanya mengatur urusan privat. Inilah
awal munculnya Demokrasi, Liberalisme, Sekulerisme, dan Kapitalisme.
Progressivisme sendiri adalah cabang dari sekulerisme.
Sejak revolusi
tersebut, orang Barat mengalami kemajuan yang pesat dalam Ilmu pengetahuan dan
Sains. Bangsa yang sebelumnya terbelakang, tidak berperadaban, jauh tertinggal
dari Islam sebagai sistem yang sempurna, berubah total. Barat perlahan mulai
manjadi saingan Islam sebagai peradaban agung. Yang tidak lagi ada campur
tangan agama di dalamnya. Hingga era sekarang ini Barat masih memimpin dengan
teknologinya. Sistem pendidikan di Barat sebagaimana dikatakan Dewey bertujuan
membentuk masyarakat demokratis. Dan fakta membuktikan bagaimana peradaban
Barat dengan demokrasinya telah menyebabkan kerusakan alam, lingkungan, dan
moral manusianya. Ini karena faham/teori yang mereka cetuskan tidak memiliki
batasan yang jelas yang sesuai fitrah manusia.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar