Minggu, 20 Januari 2013

Kesimpulan Kuliah Filsafat Matematika


Secara umum kegiatan kuliah mata kuliah Filsafat Matematika yang diajar oleh Pak Marsigit dikelas P Mat Swa 09 semester 7 ini sudah baik. Beliau menjelaskan dengan pelan dan menggunakan bahasa yang kadang diselingi humor. Hal ini akan membuat perkuliahan tidak cepat bosan. Pak Marsigit juga melarang mahasiswa untuk mencatat apa yang disampaikan Beliau secara langsung di buku. Saya sangat setuju karena menulis bersamaan dengan mendengarkan tidak akan bisa membuat apa yang disampaikan dapat dipahami dengan baik. Kuliah cukup mendengarkan dan merekam apa yang disampaikan. Karena tidak menulis, mahasiswa dapat mendengarkan dengan jelas dan dapat berusaha memahami kata-kata yang disampaikan oleh Pak Marsigit.
Hal unik, jarang, dan idealis lain yang dilakukan oleh Pak Marsigit adalah kuliah online. Pak Marsigit tahu benar bagaimana cara memanfaatkan teknologi yang ada dan juga membuktikan bahwa perkembangan teknologi tidak hanya berdampak negatif. Pak Marsigit memberikan kuliah online lewat situs blog yang dimilikinya yaitu http://powermathematics.blogspot.com/. Didalamnya terdapat berbagai macam pengetahuan yang diberikan secara cuma-cuma. Mulai dari elegi-elegi, tentang kurikulum, dan masih banyak lagi. Dari sini Pak Marsigit memberikan tugas untuk membuat comment di setiap minggunya minimal 20 comment. Ini juga sangat berguna, membuat mahasiswa sedikit paham tentang apa itu blog, bagaimana cara membuat blog, dan sebagainya.
Rekaman yang didapat juga sangat berguna bagi mahasiswa apabila ingin memahami lebih dalam apa yang disampaikan oleh Pak Marsigit. Selain itu, rekaman yang didapat juga digunakan untuk referensi lagi di rumah bagi mahasiswa karena setelah perkuliahan mahasiswa akan mendapat tugas untuk membuat refleksi dari kuliah sebelumnya. Ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa, karena dengan adanya refleksi, mahasiswa akan menjadi lebih paham dengan apa yang disampaikan oleh Pak Marsigit.
Mungkin ada satu tugas yang sedikit memberatkan yaitu tentang tugas memberikan comment pada blog dengan kriteria seminggu 20 comment. Menurut saya ini sedikit memberatkan mahasiswa, apalagi yang tidak memiliki komputer dan modem. Mereka akan sedikit lebih bekerja ekstra karena harus sering pergi ke warnet, dan menambah biaya hidup di Jogja ini.

Berpikir Ilmiah


Berpikir Ilmiah merupakan suatu pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya. Yang didalamnya menyangkut apa,siapa,dimana,kapan,dan bagaimana. Biasanya hal itu digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi atau kesimpulan suatu masalah. Berpikir ilmiah sangat penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah. Jika dalam suatu pekerjaan untuk menunjukkan hasil dari pekerjaan kita. Kita pasti akan dituntut untuk menunjukkan apa saja hasil dari pekerjaan kita dan semua itu pasti akan diuji kebenarannya sehingga orang lain akan percaya dengan pekerjaan kita.
Berpikir ilmiah juga sangat penting dalam melakukan penelitian sesuatu, baik tentang tanaman, hewan, manusia dan sebagainya. Pasti dalam membuat dan mengumpulkan data itu sendiri harus sesuai dengan kebenaran karena untuk menjelaskan hasil dari penelitian kita dibutuhkan suatu pemikiran yang ilmiah. Selain itu berpikir ilmiah juga tanpa emosi dan berpikir sesuai kebenaran yang ada. Untuk itu sebagai manusia yang ingin selalu menjadi terbaik, kita harus selalu menggunakan pemikiran ilmiah dalam setiap pendapat rasional orang–orang sekitar kita akan selalu menganggap kita tidak berpendapat yang omong kosong.Setiap manusia disamping berpikir ilmiah harus didukung dengan berpikir positif serta pemikiran-pemikiran yang yang baik. Untuk menjadikan setiap pendapat kita selalu dapat dipercaya dan diterima oleh semua orang.
Ciri-ciri berpikir ilmiah:
·         Pendapat atau tindakannya melalui penelitian
·         Pendapatnya sesuai kebenaran
·         Terdapat data-data atau bukti dalam menunjukkan hasilnya
·         Tidak berdasarkan perkiraan atau hanya sekedar pendapat
Manfaat berpikir ilmiah:
·         Seseorang yang selalu berpikir ilmiah tidak akan mudah percaya terhadap sesuatu.
·         Pendapatnya akan dapat dipercaya dan diterima orang lain.
·         Dalam memecahkan masalah tidak dengan emosi.
Referensi:

Aspek pembelajaran di Luar Negeri


Perlu diketahui bahwa pembelajaran di Australia memiliki cara yang efisien. Di Universitas Melbourne, pelatihan calon guru tidak hanya dilakukan pada saat KKN dan PPL. Kuliah pun juga bekerja sama dengan sekolah. Dosen-dosen Universitas si Australia memiliki hubungan baik dengan guru-guru di sekolah. Kuliah disana pada intinya terdiri dari dua macam yaitu kuliah di kampus dan di sekolah. Pembelajaran di kampus pun tidak hanya teori saja, mereka disana belajar dan diajari dengan lebih real. Bahkan siswa-siswa SD disana sudah diberi motivasi. Para siswa SD itu juga sudah dikenalkan dengan situasi akademik.
Berbicara soal pendidikan, didalamnya tidak terlepas dari peran dan tanggung jawab pemerintah terhadap peningkatan kualitas SDM di indonesia. Termasuk juga peranan masyarakat sebagai pelaku utama pendidikan. Kesadaran masyarakat bahwa pendidikan bukan sekedar formalitas belaka namun mengerti dan memahami dengan benar bagaimana berinvestasi pada pendidikan. Peranan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan pendidikan tidak akan maksimal tanpa partisipasi masyarakat didalamnya, mengingat adanya pemikiran yang berkembang di kalangan masyarakat untuk investasi didunia kerja (bekerja atau lainnya) daripada investasi pendidikan. Mungkin masih dapat diterima jika mengacu pada masyarakat yang kurang mampu.
Pendidikan sendiri telah didefinisikan sebagai sebuah upaya yang direncanakan untuk mendirikan suatu lingkungan belajar dan proses kegiatan pendidikan sehingga siswa secara aktif dapat mengembangkan / potensi nya yang ada pada dirinya sendiri untuk mendapatkan tingkat religius dan spiritual, kesadaran, kepribadian, kecerdasan, perilaku dan kreativitas untuk dirinya sendiri, lainnya warga negara dan untuk bangsa. Konstitusi juga telah  mencatat kalau pendidikan di Indonesiasecara garis besar telah dibagi menjadi dua bagian yaitu pendidikan formal dan non-formal. Selanjutnya pendidikan formal juga masih dibagi lagi menjadi tiga level yaitu, tingkat primer, sekunder dan pendidikan tinggi.
Sekolah sekolah yang ada di Indonesia dijalankan baik oleh pemerintah (Negeri) atau pribadi (Swasta). Beberapa sekolah dari swasta menyebut diri mereka sebagai "sekolah nasional plus" yang berarti bahwa mereka melampaui ketentuan minimum pemerintah, terutama dalam kaitannya dengan penggunaan kurikulum bahasa Inggris atau internasional di samping kurikulum nasional.
Bukti nyata dari gejala-gejala ketidakefektifan pendidikan di indonesia adalah banyaknya penggangguran di indonesia termasuk “produk-produk gagal” bertitle S1 meskipun hal ini tidak terlepas dari dampak krisis ekonomi dunia tapi setidaknya indikasi bahwa produk pendidikan kita belum siap berhadapan dengan kerasnya globalisasi dan persaingan didunia luar. Data statistik yang banyak dilansir media-media yang beredar memang menyebutkan bahwa tingkat penggangguran di indonesia telah mengalami penurunan, dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi indonesia yang semakin membaik. Tapi realita di lapangan masih menyisakan keprihatinan tersendiri. Bagaimana tidak, masih banyak pekerjaan yang tidak layak disebut pekerjaan seperti pemecah batu, penambang pasir hingga pekerja seks yang mengkomersilkan diri (mungkin hal semacam ini dimasukan oleh organisasi-organisasi yang melakukan survey sehingga data statistik pertumbuhan ekonomi kita mengalami peningkatan) meskipun variabel-variabel tersebut tidak dapat dipakai sebagai patokan utama penilaian keberhasilan atau kegagalan pendidikan di indonesia. Setidaknya saya selalu berpendapat bahwa kemiskinan itu identik dengan kebodohan. Dan jika masyarakat kita masih banyak yang hidup dalam kemiskinan, saya dengan mudah menyimpulkan bahwa pendidikan kita mengalami kegagalan. Yang jelas kualitas pendidikan kita akan selalu menjadi tanda tanya besar di masa yang akan datang.
Sistem pendidikan saat ini seperti lingkaran setan, jika ada yang mengatakan bahwa tidak perlu UN karena yang mengetahui karakteristik siswa di sekolah adalah guru, pernyataan tersebut betul sekali, namun pada kenyataannya di lapangan, sering kali saya lihat nilai raport yang dimanipulasi, jarang bahkan mungkin tidak ada guru yang tidak memanipulasi nilainya dengan berbagai macam alasan, kasihan siswanya, supaya terlihat guru tersebut berhasil dalam mengajar, karena tidak boleh ada nilai 4 atau 5 di raport dan lain sebagainya. Mengapa guru bersikap demikian, mengapa nilai siswa-siswa banyak yang belum tuntas, salahkah guru?? Jawabannya bisa ya bisa tidak, bisa ya karena mungkin guru tersebut tidak memiliki kompetensi mengajar yang memadai, bisa tidak, karena sistem pendidikan Indonesia mengharuskan siswa mempelajari bidang studi yang terlalu banyak. Rata-rata bidang studi yang harus mereka pelajari selama satu tahun pelajaran adalah 16 bidang studi, dengan materi untuk tiap bidang studi juga banyak, abstrak dan tidak sesuai dengan kebutuhan siswa.
Sistem pendidikan kita terlalu memaksa anak untuk dapat menguasai sekian banyak bidang studi dengan materi yang sedemikian abstrak, yang selanjutnya membuat anak merasa tertekan/stress yang dampaknya membuat mereka suka bolos, bosan sekolah, tawuran, mencontek, dan lain-lain. Yang pada akhirnya mereka tidak dapat mengerjakan ujian dengan baik, nilai mereka kurang padahal sudah dilakukan remidi, dan supaya dianggap bisa mengajar atau karena tidak boleh ada nilai kurang atau karena kasihan beban pelajaran siswa terlalu banyak, kemudian guru melakukan manipulasi nilai raport. Nilai raport inilah yang kemudian dijadikan dasar untuk memperoleh beasiswa atau melanjutkan kuliah atau ikut PMDK dan lain sebagainya.
Jika memang tetap sekolah yang akan dijadikan satu-satunya alat untuk mencerdaskan seseorang, maka sistem pendidikan Indonesia harus diubah, tidak boleh memaksakan siswa, kurikulum disesuaikan dengan kompetensi dasar masing-masing siswa, bidang studi yang diajarkan tidak terlalu banyak dan materi untuk tiap bidang studi disesuaikan dengan perkembangan siswa.
Referensi:

Esensialisme


Esensialisme berasal dari kosakata Bahasa Inggris essentials yang artinya hal-hal yang perlu, barang-barang yang perlu, dan sifat-sifat dasar yang mendapat akhiran –isme. Sehingga esensialisme dapat diartikan faham/aliran yang memiliki karakteristik mendasar, yang perlu, mengenai hakikatnya sebagai manusia. Bahwasannya yang dimaksud dengan sifat mendasar manusia adalah fitrah manusia itu sendiri. Secara fitrah, manusia adalah lemah dan terbatas, ia tidak mengetahui hakikat dirinya dan alam sekitarnya yang ia tidak bisa menjangkaunya dengan akal, sehingga ia membutuhkan informasi dari yang Maha Tahu.
Esensialisme dalam konteks pendidikan adalah aliran/faham pemikiran dalam bidang pendidikan yang ia terikat dengan aturan-aturan, tidak memberikan sepenuhnya kepada akal manusia untuk mencari pengetahuan. aliran ini adalah lawan dari progressivisme karena esensialisme tidak memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin trtentu, sehingga mudah goyah dan kurang terarah, sehingga aliran ini memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan arah yang jelas.
Esensialisme mulai dikembangkan oleh para pengusungnya pada abad ke-16. Diantara pengusungnya adalah John Amus Comenius (1592-1670) yang ber-pendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk paserta didik sesuai dengan kehendak Tuhan, karena dunia pada hakikatnya adalah dinamis dan bertujuan. sedangkan Johann Friederic Frobel (1782-1852) berpendapat bahwa pendidikan adalah memimpin anak didik ke arah kesadaran diri sendiri yang murni dan selaras dengan fitrah kejadiaannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan umum aliran esensialisme adalah untuk membentuk pribadi yang bahagia di dunia dan di akhirat.


Referensi :

Makna Ikhlas


Ikhlas juga mengandung arti meniadakan segala penyakit hati, seperti syirik, riya, munafik, dan takabur dalam ibadah. Ibadah yang ikhlas adalah ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT.
Ungkapan “semata-mata karena Allah SWT” setidaknya mengandung tiga dimensi penghambaan, yaitu niatnya benar karena Allah (Shalih Al-Niyyat), sesuai tata caranya (Shalih Al-Kaifiyyat), dan tujuannya untuk mencari ridha Allah SWT (Shalih Al-Ghayat), bukan karena mengharap pujian, sanjungan, apresiasi, dan balasan dari selain Allah SWT.
Beribadah secara ikhlas merupakan dambaan setiap Mukmin yang shaleh karena ikhlas mengantarkannya untuk benar-benar hanya menyembah atau beribadah kepada Allah SWT, tidak menyekutukan atau menuhankan selain- Nya. “Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun” (QS An-Nisa’ [4]: 36).
Jika ikhlas sudah menjadi karakter hati dalam beramal ibadah, niscaya keberagamaan kita menjadi lurus, benar, dan istiqamah (konsisten). (QS Al-Bayyinah [98]: 5). Selain kunci diterima tidaknya amal ibadah kita oleh Allah SWT, ikhlas juga membuat “kinerja” kita bermakna dan tidak sia-sia. Kinerja yang bermakna adalah kinerja yang berangkat dari hati yang ikhlas.
Menurut Imam Al-Ghazali, peringkat ikhlas itu ada tiga. Pertama, ikhlas awam yakni ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dilandasi perasaan takut kepada siksa-Nya dan masih mengharapkan pahala dari-Nya. Kedua, ikhlash khawas,ialah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena dimotivasi oleh harapan agar menjadi hamba yang lebih dekat dengan-Nya dan dengan kedekatannya kelak ia mendapatkan “sesuatu” dari-Nya. Ketiga, ikhlash khawas al-khawas adalah ikhlas dalam beribadah kepada Allah karena atas kesadaran yang tulus dan keinsyafan yang mendalam bahwa segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Dia-lah Tuhan yang Mahasegala-galanya.
Ikhlas merupakan komitmen ter ting gi yang seharusnya ditambatkan oleh setiap Mukmin dalam hatinya: sebuah komitmen tulus ikhlas yang sering dinyatakan dalam doa iftitah. (Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata karena Allah Tuhan semesta alam). (QS Al-An’am [6]: 162).
Sifat dan perbuatan hati yang ikhlas itu merupakan perisai moral yang dapat menjauhkan diri dari godaan setan (Iblis). Menurut At-Thabari, hamba yang mukhlis adalah orang-orang Mukmin yang benar-benar tulus sepenuh hati dalam beribadah kepada Allah, sehingga hati yang murni dan benar-benar tulus itu menjadi tidak mempan dibujuk rayu dan diprovokasi setan.
Ikhlas sejatinya juga merupakan “benteng pertahanan” mental spiritual Mukmin dari kebinasaan atau kesia-siaan dalam menjalani kehidupan. Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah berujar, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir yang meng isi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tetapi tidak bermanfaat.”
Referensi:

Perang melawan Kesombongan


“Tidak perlu kita bicara filsafat, karena setiap hari kita berfilsafat. Tidak perlu bicara bahwa kita berpikir, karena kita setiap hari pun berpikir.“
Itulah hidup. Melakukan segala hal tidak harus selalu dikatakan. Hal terpenting adalah kita tahu apa yang kita kerjakan. Bukan mereka tahu apa yang kita kerjakan.
Perang manusia yang tak akan pernah usai adalah melawan kesombongan. Kesombongan akan selalu melekat pada diri setiap manusia. Dari lorong hati yang paling dalam, selalu dan selalu memberikan dorongan agar keluar. Tapi selalu dari hati paling dalam pasti ada suara perlawanan terhadap kesombongan.
Cara ampuh yang dapat kita lakukan menekan sedalam-dalamnya sifat sombong adalah dengan selalu ingat kepada Allah SWT. Ini akan mengingatkan kita bahwa tidak ada yang perlu dibanggakan dari apa yang kita kerjakan dan kita dapat.
Referensi:

Filsafat (Olah Pikir)


Adabnya filsafat merupakan filsafat itu sendiri. Seperti beribadah, belajar tata cara beribadah adalah tata cara beribadah itu sendiri. Pada intinya belajar filsafat adalah belajar merefleksikan diri kita sendiri.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang di cita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Karakter filsafat adalah puncak berpikir. Artinya yang membicarakan filsafat adalah orang tua. Orang tua disini dalam artian bukan orang berambut putih, atau orang yang sudah berumur lebih dari 40 tahun. Orang tua disini berarti orang yang sudah dewasa, bukan dewasa dalam fisik, tetapi dewasa dalam berpikir, memiliki semangat untuk berpikir selangkah lebih maju. Pemikirannya selalu berusaha untuk memperluas wawasan. Jadi pada intinya, jika ingin memahami filsafat kita harus bisa berpikir lebih dewasa dan siap berusaha untuk meluaskan sudut pandang.
Belajar filsafat pada intinya adalah membangun filsafat kita sendiri. Membangun sendiri pemikiran kita. Membangun sendiri dalam memperluas sudut pandang.
Ciri-ciri berpikir filsafat:
1.      Berpikir dengan menggunakan disiplin yang tinggi.
2.      Berpikir secara sistematis.
3.      Memiliki usaha menyusun skema konsep
4.      Berpikir menyeluruh.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
1.      Materialisme
2.      Idealisme
3.      Realisme
4.      Pragmatisme
Manfaat filsafat dalam kehidupan:
1.      Sebagai dasar dalam bertindak
2.      Sebagai dasar dalam mengambil keputusan
3.      Untuk mengurangi salah paham dan konflik
4.      Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

Referensi:

Teori Dualisme


Dualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi. Dalam pandangan tentang hubungan antara jiwa dan raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah entitas non-fisik. Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani. Kedua macam hakekat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi. Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini adalah terdapat dalam diri manusia.
Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga berasal setidaknya sejak zaman Plato dan Aristoteles dan berhubungan dengan spekulasi tantang eksistensi jiwa yang terkait dengan kecerdasan dan kebijakan. Plato dan Aristoteles berpendapat, dengan alasan berbeda, bahwa "kecerdasan" seseorang (bagian dari pikiran atau jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik.
Versi dari dualisme yang dikenal secara umum diterapkan oleh René Descartes (1641), yang berpendapat bahwa pikiran adalah substansi nonfisik. Descartes adalah yang pertama kali mengidentifikasi dengan jelas pikiran dengan kesadaran dan membedakannya dengan otak, sebagai tempat kecerdasan. Sehingga, dia adalah yang pertama merumuskan permasalahan jiwa-raga dalam bentuknya yang ada sekarang. Dualisme bertentangan dengan berbagai jenis monisme, termasuk fisikalisme dan fenomenalisme. Substansi dualisme bertentangan dengan semua jenis materialisme, tetapi dualisme properti dapat dianggap sejenis materilasme emergent sehingga akan hanya bertentangan dengan materialisme non-emergent.
Tokoh-tokoh aliran filsafat dualism antara lain:
1.      Plato(427-347 SM)
2.      Aristoteles (384-322 SM)
3.      Descartes (1596-1650)
4.      Fechner (1802-1887)
5.      Arnold Gealinex
6.      Leukippos
7.      Anaxagoras
8.      Hc. Daugall
9.      A. Schopenhauer (1788-1860)
Referensi:

Aliran Filsafat Progressivisme


Progressivisme berasal dari kata progresip yang diserap dari kosakata Bahasa Inggris progressive yang mendapat akhiran isme. Progress dalam bahasa Inggris bermakna kemajuan atau maju, sedangkan progressive artinya orang yang progresip. Dalam bahasa sepakbola, progresip artinya bergerak cepat. Sehingga progressivisme adalah faham tentang bergerak cepat, entah itu berkenaan dengan pemikiran, tindakan, antisipasi atau yang lainnya.
Sedangkan Menurut Zuhairini, Progressivisme dapat diartikan sebagai pandangan hidup yang bersifat fleksibel, toleran, curious, dan open-minded. Fleksibel artinya tidak kaku, lentur, dan tidak rumit. Curious artinya ingin tahu, aneh, dan heran. Sedangkan open-mind artinya berpandangan terbuka, tanpa prasangka. Jadi progressivisme adalah suatu faham yang ia bebas, terbuka, tidak tertutup, tidak terikat dengan apapun. Sehingga progressivisme sebagai aliran dalam filsafat pendidikan adalah sebagai aliran yang pemikirannya bebas, tidak terikat oleh dogma apapun, terbuka, tidak tertutup.
Dari pengertian secara bahasa dapatlah dimengerti secara jelas mengenai karakteristik aliran progressivisme. Dalam buku yang sama, Zuhairini berpan-dangan tentang sifat aliran progressivisme dan membaginya menjadi sifat negative dan sifat positif.
Sifat itu dikatakan negatif dalam arti bahwa, progressivisme menolak otoritarisme dan absolutisme dalam segala bentuk, seperti misalnya terdapat dalam agama, politik, etika, dan epistimologi. Positif dalam arti, bahwa progressivisme menaruh kepercayaan tehadap kekuatan alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi manusia dari sejak lahir (man’s natural powers). Terutama yang dimaksud adalah kekuatan-kekuatan manusia untuk terus–menerus melawan dan mengatasi kekuatan-kekuatan, takhayul-takhayul, dan kegawatan-kegawatan yang timbul dari lingkungan hidup yang selamanya mengancam.
Progressivisme muncul pada abad ke-18 sejak peristiwa revolusi gereja oleh para filosof Barat yang kecewa dengan otoritas pihak negara yang menjadikan agama Kristen sebagai dasar negara.  Banyak kalangan ilmuwan yang dijatuhi hukuman mati karena teori yang dirumuskannya tentang ilmu pengetahuan bertentangan dengan dogma gereja. Sehingga kalangan filosof ,Kaum Borjuis, dan warga gereja melakukan gerakan menentang Pihak Gereja yang kemudian dikenal
dengan revolusi Gereja. Revolusi pun pecah, dan kesepakatan dicapai antara pihak gereja dengan kelompok tersebut dengan menjadikan agama hanya mengatur urusan privat. Inilah awal munculnya Demokrasi, Liberalisme, Sekulerisme, dan Kapitalisme. Progressivisme sendiri adalah cabang dari sekulerisme.
Sejak revolusi tersebut, orang Barat mengalami kemajuan yang pesat dalam Ilmu pengetahuan dan Sains. Bangsa yang sebelumnya terbelakang, tidak berperadaban, jauh tertinggal dari Islam sebagai sistem yang sempurna, berubah total. Barat perlahan mulai manjadi saingan Islam sebagai peradaban agung. Yang tidak lagi ada campur tangan agama di dalamnya. Hingga era sekarang ini Barat masih memimpin dengan teknologinya. Sistem pendidikan di Barat sebagaimana dikatakan Dewey bertujuan membentuk masyarakat demokratis. Dan fakta membuktikan bagaimana peradaban Barat dengan demokrasinya telah menyebabkan kerusakan alam, lingkungan, dan moral manusianya. Ini karena faham/teori yang mereka cetuskan tidak memiliki batasan yang jelas yang sesuai fitrah manusia.
Referensi:

Aliran Filsafat Metafisika



Metafisika berasal dari Bahasa Yunani yaitu “μετά (meta) = setelah atau di balik" dan “φύσικα (phúsika) = "hal-hal di alam". Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.
Penggunaan istilah "metafisika" telah berkembang untuk merujuk pada "hal-hal yang di luar dunia fisik". "Toko buku metafisika", sebagai contoh, bukanlah menjual buku mengenai ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai ilmu gaib, pengobatan alternatif, dan hal-hal sejenisnya.
Beberapa Tafsiran Metafisika Dalam menafsirkan hal ini, manusia mempunyai beberapa pendapat mengenai tafsiran metafisika. Tafsiran yang pertama yang dikemukakan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat hal-hal gaib (supernatural) dan hal-hal tersebut bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Pemikiran seperti ini disebut pemikiran supernaturalisme. Dari sini lahir tafsiran-tafsiran cabang misalnya animisme.
Selain paham di atas, ada juga paham yang disebut paham naturalisme. paham ini amat bertentangan dengan paham supernaturalisme. Paham naturalisme menganggap bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh hal-hal yang bersifat gaib, melainkan karena kekuatan yang terdapat dalam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dapat diketahui. Orang-orang yang menganut paham naturalisme ini beranggapan seperti itu karena standar kebenaran yang mereka gunakan hanyalah logika akal semata, sehingga mereka mereka menolak keberadaan hal-hal yang bersifat gaib itu.
Dari paham naturalisme ini juga muncul paham materialisme yang menganggap bahwa alam semesta dan manusia berasal dari materi. Salah satu pencetusnya ialah Democritus (460-370 S.M). Adapun bagi mereka yang mencoba mempelajari mengenai makhluk hidup. Timbul dua tafsiran yang masing saling bertentangan yakni paham mekanistik dan paham vitalistik. Kaum mekanistik melihat gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substansif dengan hanya sekedar gejala kimia-fisika semata.
Berbeda halnya dengan telaah mengenai akal dan pikiran, dalam hal ini ada dua tafsiran yang juga saling berbeda satu sama lain. Yakni paham monoistik dan dualistik. sudah merupakan aksioma bahwa proses berpikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek) yang ditelaahnya. Dari sini aliran monoistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan zat, keduanya (pikiran dan zat) hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Pendapat ini ditolak oleh kaum yang menganut paham dualistik.
Dalam metafisika, penafsiran dualistik membedakan antara zat dan kesadaran (pikiran) yang bagi mereka berbeda secara substansif. Aliran ini berpendapat bahwa yang ditangkap oleh pikiran adalah bersifat mental. Maka yang bersifat nyata adalah pikiran, sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas ada.
Referensi: