Minggu, 20 Januari 2013

Esensialisme


Esensialisme berasal dari kosakata Bahasa Inggris essentials yang artinya hal-hal yang perlu, barang-barang yang perlu, dan sifat-sifat dasar yang mendapat akhiran –isme. Sehingga esensialisme dapat diartikan faham/aliran yang memiliki karakteristik mendasar, yang perlu, mengenai hakikatnya sebagai manusia. Bahwasannya yang dimaksud dengan sifat mendasar manusia adalah fitrah manusia itu sendiri. Secara fitrah, manusia adalah lemah dan terbatas, ia tidak mengetahui hakikat dirinya dan alam sekitarnya yang ia tidak bisa menjangkaunya dengan akal, sehingga ia membutuhkan informasi dari yang Maha Tahu.
Esensialisme dalam konteks pendidikan adalah aliran/faham pemikiran dalam bidang pendidikan yang ia terikat dengan aturan-aturan, tidak memberikan sepenuhnya kepada akal manusia untuk mencari pengetahuan. aliran ini adalah lawan dari progressivisme karena esensialisme tidak memberikan dasar berpijak mengenai pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin trtentu, sehingga mudah goyah dan kurang terarah, sehingga aliran ini memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan arah yang jelas.
Esensialisme mulai dikembangkan oleh para pengusungnya pada abad ke-16. Diantara pengusungnya adalah John Amus Comenius (1592-1670) yang ber-pendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk paserta didik sesuai dengan kehendak Tuhan, karena dunia pada hakikatnya adalah dinamis dan bertujuan. sedangkan Johann Friederic Frobel (1782-1852) berpendapat bahwa pendidikan adalah memimpin anak didik ke arah kesadaran diri sendiri yang murni dan selaras dengan fitrah kejadiaannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan umum aliran esensialisme adalah untuk membentuk pribadi yang bahagia di dunia dan di akhirat.


Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar